Ekspor Kelapa Ancaman Dahsyat Bagi Asta Cita Hilirisasi

NASIONAL, Tuahkarya.com- Maraknya ekspor kelapa bulat dari Indonesia ke negara-negara seperti China, Vietnam, Thailand, dan Malaysia memicu krisis bahan baku di industri kelapa nasional.

Tren ini menimbulkan kelangkaan kelapa di pasar domestik. Kondisi ini mengancam keberlanjutan sektor industri pengolahan kelapa di seluruh Indonesia.

Karena industri kelapa membutuhkan kepastian bahan baku kelapa untuk produksi.

Ketua Bidang Industri Aneka Produk Kelapa Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI), Dippos Naloanro, menyoroti dampak dari ekspor besar-besaran tersebut. Hal ini disampaikan  dalam konferensi pers HIPKI, Rabu (18/12/2024) lalu.

Dippos menambahkan bahwa kelapa segar yang diekspor secara masif oleh buyer internasional dibeli dalam jumlah besar langsung dari rantai pasok di kebun petani atau sentra-sentra penghasil kelapa Indonesia.

Hal ini menyebabkan pasokan lokal semakin mahal dan sulit dijangkau oleh industri dalam negeri. Kondisi ini mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 4,3 triliun akibat menurunnya produktivitas industri kelapa yang sebagian besar berorientasi ekspor.

"Sebagian anggota HIPKI, dilaporkan telah terkena dampak serius dari kelangkaan bahan baku. Produk turunan kelapa (minyak goreng, santan, tepung kelapa, dan lainnya) yang dihasilkan HIPKI adalah untuk pasar ekspor. Jika situasi ini terus berlangsung, Indonesia akan kehilangan potensi devisa negara yang signifikan,” ungkapnya.

Sejalan dengan HIPKI gaung yang sama dibeberkan oleh Basuki, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Briket Arang Kelapa Indonesia (HIPBAKI) lewat siaran persnya di Jakarta (27/12/2024).

Ia menyebutkan bahwa anggota HIPBAKI telah lama mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku arang batok kelapa akibat ekspor kelapa yang tidak terkendali.

"Kelangkaan bahan baku ini telah berlangsung dan belum ada regulasi yang jelas untuk ekspor kelapa bulat,” kata Basuki.

Baik HIPKI maupun HIPBAKI menegaskan bahwa regulasi ekspor kelapa bulat sangat mendesak untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri kelapa dalam negeri.

“Jika ekspor tidak dibatasi, industri dalam negeri akan kesulitan bersaing dengan pengekspor yang membeli dalam jumlah besar langsung dari rantai pasok. Situasi ini mempersulit pelaku industri lokal untuk mendapatkan bahan baku kelapa,” kata Basuki.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel